Friday 18 November 2016

September Bersamamu Part 1

Kenapa setiap hati yang kuinginkan tak pernah bisa kudapatkan?
Kenapa setiap kali bibirku berkata cinta, tak pernah ada balasan dari setiap orang yang kucintai?
Kenapa setiap kali aku jatuh cinta hanyalah sesak dan kepedihan yang kurasakan? Bukan bahagia.
Dan kenapa manusia harus dilahirkan ke dunia ini dengan rasa cinta dan kasih sayang?
Jika pada kenyataannya, akulah orang yang tak pernah merasakan apa yang mereka sebut dengan cinta
Bagiku cinta hanyalah omong kosong belaka yang mengada-ngada
Tapi bagi mereka yang memilikinya,cinta itu nikmat tiada akhir
Tiada yang bisa menolak akan kehadiran cinta, termasuk diriku
Aku selalu menyambutnya dengan rasa antusias ketika cinta itu datang padaku
Aku tak pernah mempermainkan cinta.
Tapi cinta selalu mempermainkanku dengan perasaan yang tak sejalan
Rasanya seperti bertolak belakang ketika aku mencintaimu, tapi kamu tak pernah menyadari hal itu



“Huh!!!... cinta, cinta, cinta lagi.” Lian mendengus kesal ketika dia membaca tulisannya sendiri di laptop yang dengan susah payahnya dia rangkai dari semalam.
“Kenapa sih remaja sekarang suka banget sama novel yang bertema cinta? Cinta lagi cinta lagi. Gue aja belum pernah ngerasain yang namanya pacaran. Tapi malah pengen banget bikin novel yang bertema romance.” Lian duduk di kursi ruang tamu sambil menyeruput cappuccino favoritenya. “Lian, Lian.” gadis itu menggelengkan kepalanya sendiri.
“Lo udah selesai bikin novelnya?” tanya Azof yang sedari tadi sibuk bermain game di rumah Lian.
“Yang ada malah buntu.” jawab Lian.
“Oh…” hanya jawaban itu yang keluar dari mulut pria berkacamata itu.

          Yah, Azof adalah sahabat baik Lian. Mereka sudah bersahabat sejak duduk dibangku SMP. Azof memang sering datang ke rumah Lian hanya untuk menghabiskan waktunya untuk bermain game. Atau mungkin hanya untuk menghabiskan sisa kejombloannya.

“Mendingan lo tulis aja kisah cinta gue, dijamin seru deh.” Azof memberikan saran yang menurut Lian kisah asmaranya sangat tidak bermutu.
”Kisah percintaan lo itu nggak ada yang menarik. Yang ada novel gue nggak ada yang laku lagi.” Lian berbicara seenaknya.
“Yang penting gue udah pernah pacaran dan mengenal cinta. Nggak kayak lo. Kuper.” Azof meledek Lian sambil menjulurkan lidahnya.
“Emangnya kalau mau kenal sama cinta harus pacaran dulu gitu? Kalau kita ingin mengenal cinta ya, minimalnya kita kenal dulu sama si Rangga.”
“Lo, pikir film AADC.” Azof terlihat kesal dengan bercandaan Lian. Namun, Lian hanya tertawa geli ketika melihat ekspresi wajah sahabatnya itu.
“Nggak usah cemberut kali. Gue kan cuma bercanda.” Lian mencubit pipi Azof.
“Ah, gue balik aja deh.” Azof berdiri dari duduknya.
“Dih, ngambek.” Lian tersenyum lebar
“Bye… Johan.” Azof melambaikan tangannya ketika berada di ambang pintu keluar rumah Lian.
“Johan?’ Lian terlihat kebingungan.
“Jomblo kasihan. Hahaha….” Azof langsung pergi begitu saja dari rumah Lian sambil terus tertawa dengan keras.
“AZOF!!!...” Lian melempar bantal pada Azof namun sayang sasarannya meleset.

          Sementara di depan halaman rumah Lian, Azof masih terus-terusan tertawa sambil meledek Lian. Lian pun telihat begitu sangat kesal pada sahabatnya itu. Lian kembali duduk di kursi lalu mencoba untuk melanjutkan naskah novelnya.

           Saat Lian akan mulai mengetik di Laptopnya, ternyata handphonenya berbunyi. Lian melihat layar handphonenya, dia kaget ketika melihat nama yang terpampamg jelas di layar handphonenya.


Bersambung…

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan sopan dan baik
Komentar yang mengandung link aktif akan dihapus secara otomatis