Kenapa setiap kali bibirku berkata cinta, tak
pernah ada balasan dari setiap orang yang kucintai?
Kenapa setiap kali aku jatuh cinta hanyalah
sesak dan kepedihan yang kurasakan? Bukan bahagia.
Dan kenapa manusia harus dilahirkan ke dunia
ini dengan rasa cinta dan kasih sayang?
Jika pada kenyataannya, akulah orang yang tak
pernah merasakan apa yang mereka sebut dengan cinta
Bagiku cinta hanyalah omong kosong belaka
yang mengada-ngada
Tapi bagi mereka yang memilikinya,cinta itu
nikmat tiada akhir
Tiada yang bisa menolak akan kehadiran cinta,
termasuk diriku
Aku selalu menyambutnya dengan rasa antusias
ketika cinta itu datang padaku
Aku
tak pernah mempermainkan cinta.
Tapi cinta selalu mempermainkanku dengan
perasaan yang tak sejalan
Rasanya seperti bertolak belakang ketika aku
mencintaimu, tapi kamu tak pernah menyadari hal itu
“Huh!!!...
cinta, cinta, cinta lagi.” Lian mendengus kesal ketika dia membaca tulisannya
sendiri di laptop yang dengan susah payahnya dia rangkai dari semalam.
“Kenapa
sih remaja sekarang suka banget sama novel yang bertema cinta? Cinta lagi cinta
lagi. Gue aja belum pernah ngerasain yang namanya pacaran. Tapi malah pengen
banget bikin novel yang bertema romance.” Lian duduk di kursi ruang tamu sambil
menyeruput cappuccino favoritenya. “Lian, Lian.” gadis itu menggelengkan
kepalanya sendiri.
“Lo
udah selesai bikin novelnya?” tanya Azof yang sedari tadi sibuk bermain game di
rumah Lian.
“Yang
ada malah buntu.” jawab Lian.
“Oh…”
hanya jawaban itu yang keluar dari mulut pria berkacamata itu.
Yah, Azof adalah sahabat baik Lian.
Mereka sudah bersahabat sejak duduk dibangku SMP. Azof memang sering datang ke
rumah Lian hanya untuk menghabiskan waktunya untuk bermain game. Atau mungkin
hanya untuk menghabiskan sisa kejombloannya.
“Mendingan
lo tulis aja kisah cinta gue, dijamin seru deh.” Azof memberikan saran yang
menurut Lian kisah asmaranya sangat tidak bermutu.
”Kisah
percintaan lo itu nggak ada yang menarik. Yang ada novel gue nggak ada yang
laku lagi.” Lian berbicara seenaknya.
“Yang
penting gue udah pernah pacaran dan mengenal cinta. Nggak kayak lo. Kuper.”
Azof meledek Lian sambil menjulurkan lidahnya.
“Emangnya
kalau mau kenal sama cinta harus pacaran dulu gitu? Kalau kita ingin mengenal
cinta ya, minimalnya kita kenal dulu sama si Rangga.”
“Lo,
pikir film AADC.” Azof terlihat kesal dengan bercandaan Lian. Namun, Lian hanya
tertawa geli ketika melihat ekspresi wajah sahabatnya itu.
“Nggak
usah cemberut kali. Gue kan cuma bercanda.” Lian mencubit pipi Azof.
“Ah,
gue balik aja deh.” Azof berdiri dari duduknya.
“Dih,
ngambek.” Lian tersenyum lebar
“Bye…
Johan.” Azof melambaikan tangannya ketika berada di ambang pintu keluar rumah
Lian.
“Johan?’
Lian terlihat kebingungan.
“Jomblo
kasihan. Hahaha….” Azof langsung pergi begitu saja dari rumah Lian sambil terus
tertawa dengan keras.
“AZOF!!!...”
Lian melempar bantal pada Azof namun sayang sasarannya meleset.
Sementara di depan halaman rumah Lian,
Azof masih terus-terusan tertawa sambil meledek Lian. Lian pun telihat begitu
sangat kesal pada sahabatnya itu. Lian kembali duduk di kursi lalu mencoba
untuk melanjutkan naskah novelnya.
Saat Lian akan mulai mengetik di Laptopnya, ternyata handphonenya berbunyi.
Lian melihat layar handphonenya, dia kaget ketika melihat nama yang terpampamg
jelas di layar handphonenya.
Bersambung…
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan sopan dan baik
Komentar yang mengandung link aktif akan dihapus secara otomatis